Gilang mengawali harinya dengan sebuah senyuman manis diwajahnya, meskipun sebenarnya hatinya menangis karena pada malam saat ulang tahunnya sahabatnya Reno masuk ke rumah sakit karena kanker yang dideritanya. Gilang selalu menemani Reno, hanya dia seorang. “Ref, apa kamu tidak melihat sesuatu yang aneh pada Gilang ?”. Tanya Desi. “mereka memang sangat dekat kau ingatkan sudah sering sekali dia memusuhi kita hanya karena Reno”.
Gilang mengawali harinya dengan sebuah senyuman manis diwajahnya, meskipun sebenarnya hatinya menangis karena pada malam saat ulang tahunnya sahabatnya Reno masuk ke rumah sakit karena kanker yang dideritanya. Gilang selalu menemani Reno, hanya dia seorang. “Ref, apa kamu tidak melihat sesuatu yang aneh pada Gilang ?”. Tanya Desi. “mereka memang sangat dekat kau ingatkan sudah sering sekali dia memusuhi kita hanya karena Reno”. Jawab Refi Air matanya perlahan menetes. Tak berapa lama Nesya datang dia melihat Gilang yang sedang merenung diapun duduk di sampingnya, Nesya terlihat sedih melihat orang yang disukanya berubah menjadi orang yang pemurung dan bukan dirinya sendiri. “lang kumohon jangan seperti ini, aku melihat sosok orang lain pada dirimu yang sekarang aku tahu kau sangat sedih melihat Reno kami juga sama sepertimu lang?” kata Nesya. “kau bohong Nes, aku tahu kalian tidak pernah suka pada Reno. Tapi dia sangat berarti untukku” Dengan perasaan gundah dia beranjak pergi. “sebenarnya kau tidak tahu perasaanku yang sebenarnya lang” kata Nesya dalam hati. Di jalan Gilang mendengar kata-kata yang tidak bisa dia terima menenai sahabatnya, dia begitu kecewa dan marah hatinya menjerit karena orang-orang membicarakan hal-hal yang mungkin tidak pantas dibicarakan mengenai Reno. Reno memanglah seorang sahabat yang sangat berarti untuk Gilang meskipun untuk orang adalah benalu. Sejak kedua orang tuanya meninggal karena dibunuh oleh kakaknya sendiri dan setelah kejahatan itu terungkap kakaknya dipenjara. Reno hidup hanya dalam senyap kesunyian semua orang memandangnya sebelah mata karena masalah yang menimpanya apalagi dengan kanker yang dideritanya itu malah membuat hidupnya hancur. Begitu juga dengan Gilang, sejak kedua orang tuanya bercerai saat Gilang masih duduk di bangku kanak-kanak mereka meninggalkan Gilang begitu saja tanpa memikirkan anak mereka kini bahkan Gilang tidak mau bertemu dengan orang tuanya lagi setelah apa yang telah mereka perbuat. Karena itulah mereka sangat dekat denagan banyak perbedaan yang mereka miliki satu sama lain bisa mereka satukan menjadi sebuah persaudaraan yang kuat. Suatu sore Gilang berjalan ke taman di rumah sakit dia duduk di bangku taman dengan penuh bunga di sekelilingnya. Andri datang dengan niat menghiburnya tapi sepertinya Gilang tidak menerti. “hei lang, maaf aku baru bisa datang sekarang, teman-teman yang lain juga sudah di kamar Reno”. Kata Andri dengan sedikit ragu. “apa yang kalian semua inginkan” jawab Gilang. “apa maksudmu ?”. Tanya Andri keheranan. “kenapa kau bicara seperti itu ha…, seharusnya aku yang bertanya kenapa kalian semua memperlakukan Reno seperti ini, apakah karena status keluarganya”. Kata Gilang dengan sedikit membentak. “kami tidak pernah membenci Reno, kau salah paham!”. Kata Andri. “sudahlah…”. Sambil beranjak meninggalkan Andri di taman. Gilang masuk ke kamar Reno. Reno terlihat sangat marah dan kecewa pada saat Gilang datang. “kenapa lang ? kenapa kau selalu membelaku”. kata Reno. “karena kau adalah sahabatku”. Jawabnya. “kau bohong kita punya banyak perbedaan, lagi pula aku juga sangat membencimu!”.jawab Reno dengan nada tinggi. “tidak. Kau berbohong kau tidak membenciku tapi kau hanya terperangkap dalam sunyi dan sebenarnya kita sama kita tidak berbeda”. Jawab Gilang. Reno hanya terdiam mendengarnya di dalam hatinya sebenarnya menyangkal semua kata-kata yang baru saja diucapkannya pada Gilang. *** Keesokan harinya Gilang datang dengan perasaan yang kacau. Perlahan dia berjalan ke kamar Reno. Dan tak disangka ternyata Reno tidak ada di kamarnya, Gilang Sangat kebingung mencarinya. “maaf suster, pasien yang ada di kamar ini kemana?”. Tanyanya khawatir. “oh…mas Reno ya, dia sudah dipindahkan ke ruang operasi”.jawab suster itu. Gilang kaget mendengarnya karena sama sekali tidak ada yang memberitahunya bahwa hari ini Reno dioperasi. Akhirnya Gilang menyusul dia menunggu di ruang tunggu dengan perasaan cemas akan keselamatan sahabatnya itu. “tenanglah Reno pasti akan baik-baik saja lang”. kata Refi. . Gilang tidak menghiraukan kata teman-temannya dia pergi meninggalkan mereka. Nesya berusaha mengejarnya. Gilang berhenti di pintu masuk. “lang aku yakin bintang itu akan menjaga Reno dengan baik”. Hibur Nesya. “apa yang kau tahu tentang Reno, kau sama saja dengan yang lain”. Kata Gilang. “aku lebih tahu Reno daripada kamu lang? kaulah yang tidak menerti dia. Reno tidak ingin melihatmu seperti ini kau menjadi orang lain bukan dirimu sendiri”. Jawab Nesya. Dia meneteskan air matanya. “maafkan aku Nes aku terlalu egois pada kalian semua”. Tak berapa lama kemudian Desi memanggil mereka berdua dan membawa berita bahagia untuk mereka. “Gilang, Nesya. Reno selamat kankernya sudah diangkat”. Desi mengatakannya dengan wajah yang dipenuhi kebahagiaan. “bagaimana keadaan Reno, dokter?”.tanya Nesya. “keadaanya sudah membaik dan kalian juga sudah boleh menjenguknya”. Jawab dokter itu. “baiklah kalau begitu ayo kita masuk”. Kata Refi. “tunggu kalian ikut aku dulu kekantin untuk membelikan Gilang makanan”. Jawab Desi berusaha mencegah.“tidak akukan mau melihat Reno”.kata Refi. “cukup Ref, ayo!”. Paksa Andri. Tidak…?”. Akhirnya karena terlalu lama membujuk Refi dan dia tidak mau Desipun menarik Refi. “tunggu Nes, bisakah kau menemaniku ke dalam?”. Tanya Gilang. “baiklah”. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam. Gilang terlihat sedih melihat keadaan Reno yang hanya terbaring di tempat tidur. “Gi…Gilang”. Kata Reno. “Ren kamu udah bangun”. Kata Gilang. “maafkan aku lang, aku tidak pernah mempercayaimu sebenarnya aku sangat iri melihatmu bisa mendapatkan banyak teman kau terkenal dan hebat sedangkan aku…,semua orang hanya menganggapku sebagai benalu!”. Kata Reno. “kau salah Ren kita sama bahkan mungkin menurutku kau kau mempunyai hati yang sangat tegar dengan semua yang kau hadapi sepertinya kalau orang lain yang mengalaminya pasti mereka sudah bunuh diri”.kata Gilang. Tak berapa lama kemudian Desi, Refi dan Andri datang. Satu bulan kemudian semuanya sudah kembali normal bahkan lebih baik dari yang sebelumnya. Reno terlihat lebih bahagia dan bisa menerima keberadaan Gilang tanpa membedakan statusnya dengan yang lain. Keadaannyapun juga sudah membaik dia sudah bisa berjalan dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Pada suatu hari Reno keluar dan berjalan-jalan untuk membelikan bunga untuk Nesya di toko bunga yang berada tidak jauh dari rumahnya. “saya mau yang ini”. Kata Reno. “wah…, ini pasti untuk orang yang sangat istimewa ya…?”.kata ibu penjual bunga itu. “ya… sebenarnya ini untuk temanku”. Jawab Reno. “tapi ini pilihan yang sangat bagus, pasti wanita ini sangat istimewa dihati kamu. Ibu terlalu banyak bicara maaf ya… ibu tidak seharusnya bertanya hal yang seharusnya tidak ibu tanyakan, baiklah ini bunganya”. Kata ibu itu. “terimakasih bu”. Bunga indah itu kemudian dibawa keluar dari toko oleh Reno. Dia berjalan tanpa memperhatikan jalan, hingga akibatnya dia menabrak seorang kuli bangunan dan yang paling buruk adalah bunganya rusak terinjak oleh kuli itu. “maaf, maaf mas saya tidak memperhatikan jalan”.kata Reno. “bagaimana sich kamu lain kali kalau jalan itu liat-liat”.bentak kuli itu. “saya kan sudah…., kakak?”.kata Reno keheranan. “Reno, Reno kamu….?”. Reno pergi tanpa menghiraukan orang itu dan bunga yang hancur dia seperti orang yang sedang ketakutan dikejar penjahat. “Reno….?”. Reno berlari dan berlari sampai ke rumah Nesya. Dia sampai tanpa membawa apapun untuk Nesya dan dia juga membuat teman-temannya keheranan melihat Reno seperti orang yang katakutan. “hei Ren, apa yang terjadi kau seperti orang yang dikejar-kejar penduduk karena mencuri, jangan-jangan kau memang mencuri ya atau mungkin lebih burk”. Kata Refi memancingnya. “cukup Refi”.tegur Nesya. “Nesya…”. Kata Refi. “apa yang terjadi Ren?”. Kata Gilang penuh rasa penasaran. “sebelumnya aku minta maaf padamu Nes, aku tidak bisa membawakan apa-apa untukmu”. Kata Reno. Nesya hanya tersenyum manis di depannya. Dan itu membuat Reno diam tanpa kata melihat senyum manis itu. “cepat katakan Ren..,kau mau membuat kami mati penasaran”.kata Andri. “iya, Cuma karena Nesya tersenyum aja bisa buat kamu diam tanpa kata gitu kaya’ lagunya D’MASSIV”.ledek Refi. “udah kamu jangan bercanda terus”. Kata Desi. “kapan Reno bisa bicara kalau kalian bicara terus”. Kata Gilang. “denger, tadi aku ketemu sama Reko”.kata Reno. “Reko, bukannya dia itu kakakmu ya Ren”.kata Nesya. “ya, karena itulah aku sampai seperti ini”. “tunggu tapi dia itu bukannya masih dipenjara ?”. Tanya Andri. “memang seharusnya masa hukumannyakan belum berakhir”. Kata Reno. Kamu pasti salah liat aja”. Kata Desi. “nggak itu bener-bener Reko aku kan adiknya aku sangat mengenalnya”. Kata Reno berusaha meyakinkan mereka. “kalau begitu kemungkinan besar dia melarikan diri dari penjara!”. Kata Refi dengan wajah yang terlihat sangat serius. Mereka terlihat sangat kaget mendengar kata-kata Refi yang begitu meyakinkan dia berhasil membuat teman-temannya ketakutan. Tak berapa lama kemudian Nesya mengajak mereka untuk memastikan apakah itu benar Reko atau bukan. “tapi Nes, inikan hari ulang tahunmu nggak seharusnya semuanya berantakan hanya karena masalahku?”. Kata Reno. “nggak apa-apa kok”.kata Nesya sambil tersenyum. “baiklah kalau begitu ayo kita beraksi”.kata Refi. “tunggu, nggak mungkin kita kesana dengan wajah yang sudah dikenalinya, apalagi beramai-ramai kaya’ gini?”.kata Desi. “bener juga, terus gimana rencanamu?”. Tanya Andri. “lebih baik yang pergi kesana Reno sama Gilang dan kalian lebih baik juga menyamar”.kata Desi. “menyamar…?”. “zuuup…! Bener banget kalian bisa pakai rambut palsu ini ow ya jangan lupa pakai pakaian wanita karena berhubung rambut palsunya kan buat wanita”.kata Desi. “apa….?”. teriak Reno dan Gilang secara bersamaan. Awalnya mereka tidak mau berpakaian ala wanita tetapi karena Desi begitu memaksanya terpaksa mereka menggunakannya. Dan akhirnya mereka terpaksa keluar menggunakan pakaian yang tidak seharusnya dan yang tidak mau mereka pakai. Sedangkan yang lainnya menunggu di rumah Nesya dan tertawa terbahak-bahak membayangkan mereka berjalan di jalan raya dengan penampilan seperti itu. Dengan terpaksa Reno dan Gilang menyusuri jalan raya dengan perasaan malu yang begitu…! Ya pokoknya memalukanlah apalagi untuk Gilang dia itu termasuk lelaki yang banyak fensnya. “dimana dia aku malu banget nich?”.keluh Gilang. “aku juga nggak tahu, tapi lebih baik kita tanyain sama penjual bunga yang ada disana soalnya aku tadi ketemu dia didekat sana”.kata Reno menegaskan. “kenapa nggak ngomong aja dari tadi tahu gitukan kita nggak perlu muter-muter gini”.keluhnya lagi. “ngeluh aja sana terus, ayo cepetan”. Kemudian mereka berdua berjalan mendekati toko bunga itu. “maaf bu, apa ibu tadi ngeliat orang yang cirri-cirinya tinngi pakai baju kaos merah sama celana jins rambutnya hitam dan agak panjang”. Tanya Reno dengan suara wanitanya. “aduh orang yang ciri-cirinya kaya’ gitu banyak kali nggak Cuma satu doang…?”. Jawab ibu itu. “ya udah makasih ya bu”. Kata Gilang. “ginikan ternyata nggak ada disini”. Kata Gilang. “kita coba Tanya ketukang siomay itu dech”. Kemudian mereka berjalan mendekati tukang siomay itu. Mereka menanyakan hal yang sama persis seperti yang mereka tanyakan pada ibu penjual bunga itu tadi dan jawabannyapun sama persis dengan jawaban ibu penjual bunga tadi dan lebih parahnya orang yang mereka Tanya ternyata bukan penjual siomaynya tapi malah orang gila yang lagi nongkrong di samping gerobak siomay itu. Lebih apesnya mereka juga dikejar-kejar orang gila. Acara kejar-kejaran itu seperti orang gila yang mengejar orang gila. Reno dan Gilang berlari ke dalam pasar dan membuat orang-orang dipasar gaduh bahkan mereka mendapat masalah baru mereka berdua menabrak gerobak mie ayam tentu saja itu membuat orang-orang dipasar geram melihat mereka mengobrak-abrik jualannya. “aaahh….?”. teriak Reno dan Gilang. Sekarang mereka berdua seperti maling yang dikejar-kejar penduduk. ***Mereka berlari dan terus berlari hingga akhirnya orang-orang yang mengejar Reno dan Gilang kehilangan jejaknya. Reno dan Gilang bersembunyi di gang kecil, mereka berdua melepaskan baju yang dipinjami Desi dan meninggalkannya di gang kecil itu. Mereka berjalan dengan santainya melewati orang-orang itu tanpa rasa takut mereka akan dikroyok. “akhirnya kita bisa lolos dari kroyokan orang-orang itu”. Kata Gilang terengah-engah. “kau benar lang, tapi kita tetap akan mendapatkan aungan dasyat dari singa di rumah Nesya karena bajunya kita tinggalkan di gang itu”. Kata Reno. “benar juga, tapi ya sudahlah hadapi aja yang akan terjadi yang penting sekarang kita udah selamat dari amukan masa. Lagian gara-gara baju itu juga kita jadi dikejar-kejar orang gila”. Kata Gilang.“hallow….?”. orang gila itu tiba-tiba saja datang lagi. “aaahhh….,lari….?”. teriak Gilang. Mereka kembali berlari dan menghabiskan tenaga yang tersisa. Mereka berlari ke rumah Nesya dan tak disangka orang gila itu masih kuat mengejar Gilang dan Reno sedangkan mereka sudah seperti orang yang mau pingsan. “tok,tok,tok, Nes buka pintunya…?”.teriak Reno. Kemudian Nesya membukakan pintu rumahnya saat Nesya membuka pintu Reno dan Gilang langsung menarik Nesya masuk dan Reno menutup pintunya. Mereka berdua seperti anjing yang kehausan. “sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kalian berlari seperti orang ketakutan”.tanya Nesya. “ceritanya panjang, tapi yang jelas semua ini gara-gara baju Desi, gara-gara baju itu aku dan Gilang jadi dikejar-kejar orang gila dan parahnya orang-orang di pasar juga ikutan ngejar kita lagi”.jelas Reno. “ngomong-ngomong soal baju sekarang dimana bajuku kenapa kalian Cuma pakai kaos dan celana pendek?”. Tanya Desi. “so…sorry Des bajunya kita tinggal di gang kampung sebelah soalnya kami terdesak banget tadi he…he…he…”. Jawab Gilang. “apa….bajuku kalian tinggal tidak….padahalkan itu baju baru !”. kata Desi geram. Desi terlihat begitu marah pada mereka berdua. “sorry Des, kamu tahukan tadi itu dalam waktu yang nggak memungkinkan”.kata Reno. “nggak mau aku nggak akan maafin kalian”. Kata Desi. “udah, udah gara-gara baju doang. Nanti biar Reno dan Gilang balik lagi ambil baju kamu”. Saran Andri. “ok! Tapi mereka harus bener-bener bawa bajuku bukan baju orang lain apalagi baru pokoknya aku mau bajuku sendiri”. Kata Desi. “apa….nggak kami nggak bisa kalau kita kembali orang-orang itu pasti ngejar kita lagi”. Kata Gilang menolak. “udah terima aja lagian kalian jugakan udahpinjem malah ditinggalin lagi”. Jelas Refi. “ya dech terserah”. Kata Reno pasrah. “nggak aku…”. Kata Gilang. “udah diam”. Kata Reno. “terus gimana rencana kalian, kalian udah pastiinkan kalau itu Reko atau bukan”. Tanya Nesya. Kemudian mereka berdua menceritakan semua kejadiannya. Dan mereka juga mengatakan kalau rencana mereka gagal karena Reko nggak ada disana. Mereka semua menghela nafas mendengar Reno mengatakan bahwa semuanya gagal dan belum mendapatkan bukti apapun kalau itu adalah Reko. “ya udahlah kita pikirin aja besok rencana selanjutnya sekarang kalian istirahat dulu?”. Saran Nesya. “ya Nes, lagian gara-gara aku acara ulang tahun kamu jadi kaya’ gini”.kata Reno. “nggak apa-apa kok lagian inikan Cuma acara ulang tahun jadi nggak usah disesali gitu”. Tegas Nesya. Reno hanya tersenyum mendengar Nesya dengan begitu lembut. “Ren, kenapa kamu ngeliatin aku kaya’ gitu?”. Kata Nesya. “emmh…, nggak, nggak ada apa-apa kok?”. Jawab Reno dengan perasaan yang sedikit ragu. keesokan harinya saat Neysa sedang menyiram bunga-bunganya tidak sengaja Reno lewat di depan rumahnya Reno yang tadinya sedang olahraga tiba-tiba saja langkahnya terhenti di depan rumah Nesya dan dia bersembunyi di balik pohon di samping rumah Nesya. Dia berharap gadis manis itu nggak tahu kalau Reno sedang memandanginya. “dia sangat manis oh…, tidak, tidak, tidak apa yang sedang aku pikirkan”. Katanya dengan nada yang pelan. Bagi Reno melihat Nesya dari jauh pun terasa dekat dengannya, karena hatinya belum bisa mengatakan yang sebenarnya pada Nesya. *** Tiba-tiba saja ada seseorang yang menikamnya dari belakang tangan Reno diseret pergi dari tempat itu. Reno dibuat tidak sadarkan diri dan dia dibawa ke sebuah tempat yang sepi. Saat Reno sadar dia sangat kaget karena ternyata orang yang menyekapnya adalah Reko kakak kandungnya sendiri. Ternyata Reko sudah lama tahu bahwa Reno tinggal bersama sahabatnya Gilang. “k-kakak, apa yang kakak lakukan? Bukankah seharusnya kakak masih dipenjara apa…?”. Kata Reno yang masih lemas karena pengaruh dari obat bius itu. “ya Ren, aku kakakmu yang sangat kau sayangi dulu dan aku memang dipenjara tapi sekarng kakakmu ini sudah berhasil keluar dari tempat mengerikan itu”. Kata Reko. “apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, kenapa waktu itu kau tidak membunuhku saja…”. Kata Reno dengan air mata yang sudah menetes. “tenanglah aku tidak akan membunuhmu, karena kau adalah adikku adik yang selalu ku sayang”. Kata Reko. Kata-kata Reko benar-benar membuat Reno sangat sedih karena Reko mengatakan bahwa dia menyayangi Reno tapi dia menghancurkan hidupnya begitu saja. “kau bohong, bila kau menyayangiku kenapa kakak membunuh ayah dan ibu kenapa kak, kenapa…?”. Kata Reno. Reko sama sekali tidak menjawabnya dia hanya terdiam mendengar kata-kata Reno. “kakak nggak pernah menyayangiku, kakak sebenarnya nggak ngerti bagaimana perasaanku setelah kakak membunuh kedua orang tua kita”. Bentak Reno yang sebelumnya tak pernah sekalipun membentak kakaknya itu. “maafkan kakak Ren”. Kata Reko dengan wajah yang dipenuhi rasa sesal. “kakak nggak pernah ngerti rasa sakit, nggak pernah, aku sangat membencimu”. Kata Reno. Reko begitu marah dan dia tidak bisa mengendalikan amarahnya itu Reko memukul Reno sangat kuat hingga dia terjatuh. Mereka saling menatap, mata Reno memancarkan kebencian yang sangat besar pada kakaknya itu, Reko hanya menatapnya sejenak dan dia langsung pergi meninggalkan Reno di gudang tanpa minta maaf dia hanya mengatakan pada Reno “kau bisa pergi sekarang, tapi asal kau tahu aku melakukan semua ini juga untuk ayah dan ibu”. Perasaan Reko yang sebenarnya sangat menyesali semua perbuatannya pada keluarganya hanya diam menyusuri lorong di depannya. “aaaggghh….”. teriak Reno. Reko membalikkan wajahnya sejenak pada Reno dan kemudian kembali berjalan meninggalkan adiknya. Setelah beberapa saat kakaknya pergi dia tidak segera pergi dari tempat itu tapi Reno malah merenung memikirkan kata-kata kakaknya padanya. Dia hanya duduk diam. Sedangkan di rumah Nesya Gilang datang dengan niat mencari Reno. “Nes apa Reno tadi kesini, aku ada sedikit urusan dengannya tapi dia malah menghilang entah kemana?”. Tanya Gilang. “ha…Reno nggak tuh dia nggak ke sini”. Jawab Nesya. “nggak ada?, lalu kemana anak itu aku udah cari ke mana-mana tapi nggak ada”. Ya udah dech kalau gitu aku mau cari dia dulu”. Kata Gilang. “tunggu lang, aku ikut ya”. Kata Nesya. “ya udah ayo”. Ajak Gilang. Kemudian mereka mecari Reno ke semua tempat yang ada di desa tapi tetap saja mereka tidak menemukan Reno. Hingga akhirnya mereka mencari ke sebuah desa terpencil yang sangat sepi. Mereka menanyakan Reno pada beberapa orang yang ada disana dan satu hal yang membuat Gilang sangat kesal adalah semua orang disana bersikap dingin pada mereka. Tapi semuanya nggak sia-sia gitu aja setelah beberapa saat mereka akhirnya menemukan Reno. Mereka melihat Reno sedang berjalan di sebuah lorong kecil di dekat gudang. Merekapun langsung menghampirinya. “Ren ngapain kamu disini?”. Tanya Gilang. “kita pulang sekarang”. Jawab Reno tanpa menjawab pertanyaan dari gilang dan terus berjalan. “sebenarnya apa yang salah dengan anak ini?”. Kata Gilang. “udahlah lang, lebih baik sekarang kita pulang aja dulu sepertinya suasana hati Reno sedang tidak baik”. Kata Nesya berusaha memberi saran pada Gilang. “ok…”. Jawab Gilang. Gilang pasti bakal kelamaan “. Kata Reno. “ya udah kalau gitu sekarang apa yang mau kamu becarakan sama kita”. tanya Andri. “gini, sebenarnya aku….?”. tiba-tiba saja Gilang datang saat Reno mau menjelaskan semua rencananya. “kalian ngapain pagi-pagi udah sampai disini?”. Tanya Gilang keheranan. “sorry lang kami…?”. Kata Desi Ragu. “maaf lang sebelumnya aku nggak bilang sama kamu dulu tapi kalau kami nungguin kamu pulang pasti bakal lama”. Kata Reno. “terus…?”. Tanya Gilang. “aku punya rencana buat membawa Reko masuk ke penjara lagi”. Jelas Reno. “tapi Ren bukannya kamu…?”. Tanya Gilang. “percayalah lang, lagi pula nggak selamanya aku bisa sama orang yang aku sayangi sewaktu-waktu aku juga akan berpisah dengan mereka?”. Kata Reno. “kami setuju denganmu Ren”. Kata Refi. “ya, kamu pasti bisa menjadi seorang Reno yang sangat kuat”. Kata Nesya. Gilang hanya tersenyum mendengar Reno mengatakannya “dia sudah mulai mengerti perasaannya sendiri”. Kata Gilang dalam hatinya. Setelah Reno menjelaskan semuanya pada Gilang diapun menggatakan semua rencananya pada teman-temannya. Dia menjelaskannya dengan sangat detail pada teman-temannya. Selama beberapa menit dia menjelaskan hingga semuanya mengerti dan setelah semuanya mengerti mereka mulai menjalankan rencana Reno. “ok, jadi sekarang apa yang harus kita lakukan?”. Tanya Andri. “aku dan Gilang akan temuin Reko dan kalian tetap ikut tapi kalian harus sembunyi disekitar penjual bunga itu dan ingat jangan sampai Reko ngeliat kalian kalau aku sama Gilang udah berhasil kalian telphon polisi”. Jelas Reno. “tunggu kenapa kita Cuma di belakang layar?”. Kata Refi. “emangnya kamu kira kita lagi main film apa?”. Kata Desi. “denger ya, karena Reko kenalnya sama aku dan Gilang jadi akan lebih gampang ngerti?”. Kata Reno. “ya, iya aku ngerti”. Kata Refi. “ya udah semua siap?”. Tanya Reno. “siap….!”. kata mereka. “kalau gitu kita kerjakan sekarang go, go, go”. Kata Reno memberi semangat pada teman-temannya. Gilang dan Reno menunggu Reko di samping toko bunga itu dan yang lainnya bersembunyi. Mereka menunggu sangat lama hingga membuat yang lainnya nggak yakin kalau Reko bakal datang. “Ren kamu yakin dia akan ke sini”. Tanya Nesya. “bentar lagi dia bakal datang”. Kata Reno. setelah sangat lama mereka menunggu akhirnya Reko terlihat dia berjalan mendekati Reno yang sepertinya dia melihatnya. “Ren bukankah itu Reno?”. Tanya Gilang. “iya, dia Reno kita tunggu dia sampai nyamperin dia pasti kesini”. Kata Reno. Dan semuanya benar Reko mulai mendekati Reno. Gilang dan Reno berpura-pura tidak melihatnya. “Reno, sedang apa kamu disini?”. Tanya Reko dengan suara yang begitu pelan dia memakai topi dan jaket untuk mengelabui polisi. “memangnya kenapa kalau aku kesini?”. Reno berbalik bertanya. “kakak mengira kamu nggak akan mau bertemu kakak lagi”. Kata Reko. “memangnya aku ke sini untuk bertemu dengan kakak, kakak salah aku nggak pernah mau ketemu sama kakak lagi kakak yang udah buat semuanya hancur kakak Cuma mikirin diri kakak sendiri”. Kata Reno yang terpancar kebenciannya. Kemudian Refi menelphon polisi sedangkan Reno masih menghadapi rasa sakitnya yang bercampur dengan rasa sedihnya. Beberapa saat kemuadian akhirnya polisi datang dan langsung mengepung Reko yang memang masih narapidana semua orang yang ada disekeliling mereka hanya memperhatikan penangkapan itu. “terima kasih kalian telah membantu kami menangkap narapidana ini”. Kata salah satu polisi itu pada mereka. “sama-sama pak kami juga senang bisa membantu menyelesaikan tugas bapak-bapak ini”. Kata Gilang. “Ren kakak akan selalu menyayangimu seperti dulu”. Kata Reko yang tangannya sudah diborgol oleh polisi. Saat semuanya sedang merayakan kemenangan mereka Reno hanya terdiam melihat kakaknya dimasukkan ke dalam mobil polisi.“Ren, kamu nggak apa-apa kan?”. Tanya Gilang. “terima kasih ya lang kamu selalu memberiku semangat tapi kamu salah kalau aku melepaskan semua cita-citaku disini karena aku tidak akan berhenti disini aku akan terus melangkahkan kakiku”. Kata Reno. Hari itu adalah hari yang sangat berarti untuk Reno yang tidak akan pernah dia lupakan. “aku akan terus melangkah menjejaki dunia yang ada di depanku dan melawan rasa sedihku dengan semangat karena aku percaya semuanya akan berubah dan sekarang aku sudah mulai mengerti sebuah persahabatan dengan perbedaan akan memberikan kesempurnaan dalam kehidupan”.
sumber : cerpen.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar